BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia memerlukan
wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia, baik dalam pemikiran maupun dalam pengalamannya. Pengkajian filosofis
terhadap pendidikan mutlak diperlukan, karena kajian seperti ini akan melihat
pendidikan dalam suatu realitas yang komprehensip.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang kajian filosofis
yang berkaitan tentang gerakan – gerakan pembaharuan pendidikan yang di
dalamnya memuat gerakan developmentalisme, progresivisme, rekonstruksionalisme,
esensialisme, dan parenialisme, bagaimana pemikiran mereka dan siapa saja tokoh
– tokohnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah pemikiran
dari gerakan developmentalisme dan siapa saja tokohnya?
2.
Bagaimanakah pemikiran
dari gerakan progresivisme dan siapa saja tokohnya?
3.
Bagaimanakah pemikiran
dari gerakan rekonstruksionalisme dan siapa saja tokohnya?
4.
Bagaimanakah pemikiran
dari gerakan esensialisme dan siapa saja tokohnya?
5.
Bagaimanakah pemikiran
dari gerakan perenialisme dan siapa saja tokohnya?
C.
Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami pemikiran dari
gerakan developmentalisme beserta tokohnya
2.
Dapat memahami pemikiran dari gerakan progresivisme
beserta tokohnya
3.
Dapat memahami pemikiran
dari gerakan rekonstruksionalisme beserta tokohnya
4.
Dapat memahami pemikiran dari gerakan esensialisme
beserta tokohnya
5.
Dapat memahami pemikiran
dari gerakan perenialisme beserta tokohnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gerakan Developmentalisme
Developmentalisme bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatu gerakan yang muncul pada abad ke – 19.
Developmentalisme berpendapat, proses pendidikan adalah proses perkembangan
jiwa.
Tokoh – tokoh dalam gerakan ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart,
Fredrich Wilhem Frobel ( Jerman ) dan Stanley Hall ( AS ).
Konsep – konsep pendidikan
yanng dicetuskan oleh gerakan ini adalah:
a.
Mengaktualisasikan semua
potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang
harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia.
b.
Dengan pengembangan yang
dikontrol, membentuk tanggapan, mengembangkan insting anak melalui indra dan
emosional menjadi pengetahuan dan moral akan membuat anak mengaktualisasi semua
potensi.
c.
Pengembangan dilakukan
sejalan dengan tingkat perkembangan anak.
B.
Gerakan Progresivisme
Gerakan progresivisme didirikan pada tahun 1918. Selama 20 tahun gerakan
ini merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Kaum progresif
mengkritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan Dewey adalah
perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progresif mengharapkan perubahan yang
sangat cepat (Revolusi), agar lebih cepat mencapai tujuan.
Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan
sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar
keras, belajar pasif dan hal – hal yang tidak bermanfaat dalam pendidikan.
Pada tahun 1944 gerakan ini dibubarkan dan memilih ganti nama menjadi “American
Educational fellowship”.
Filsafat progresif berpendapat bahwa
pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang.
Untuk mempersiapkan siswa untuk suatu masa depan adalah membekali mereka dengan
strategi – strategi pemecahan masalah.
Orang – orang progresif merasa bahwa kehidupan itu berkembang dalam satu
arah positif dan bahwa umat manusia dipercaya untuk bertindak dalam minat
terbaik mereka sendiri.
Pendidikan Progresivisme didasarkan pada keyakinan
bahwa pendidikan harus terpusat pada anak ( child – centered ) bukannya memfokuskan
pada guru atau bidang muatan. Asumsi kaum progresif adalah sebagai berikut:
a.
Muatan kurikulum harus
diperoleh dari minat – minat siswa bukannya dari disiplin – disiplin akademik.
b.
Pengajaran dikatakan
efektif jika mempertimbangkan anak secara menyeluruh dan minat – minat serta
kebutuhan – kebutuhannya dalam hubungannya dengan bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
c.
Pembelajaran pada pokoknya
aktif bukan pasif
d.
Tujuan pendidikan adalah
mengajar para siswa berfikir secara rasional sehingga mereka menjadi cerdas,
yang memberi kontribusi pada anggota masyarakat.
e.
Disekolah, para siswa
mempelajari nilai personal dan nilai sosial.
f.
Umat manusia ada dalam
suatu keadaan yang berubah secara konstan, dan pendidikan memungkinkan masa
depan yang lebih baik.
Proses belajar terpusat kepada anak,
namun hal ini tidak berarti bahwa anak akan diizinkan untuk mengikuti semua
keinginannya, siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dalam
melaksanakan aktivitasnya.
Kurikulum disusun sekitar
pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun sosial. Kurikulum seharusnya
menggunakan pendekatan interdisipliner, buku
merupakan alat dalam proses belajar, bukan sumber pengetahuan.
Peranan guru adalah membimbing siswa
dalam kegiatan pemecahan masalah. Guru menolong siswa dalam menentukan dan
memilih masalah – masalah yang bermakna, menemukan sumber – sumber data yang
relevan, menafsirkan dan menilai akurasi data, serta merumuskan kesimpulan.
Guru dituntut untuk sabar, fleksibel, berfikir interdisipliner, kreatif dan cerdas.
Tokoh Progresif diantaranya: George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley adalah sebagian tokoh
progresif
C.
Gerakan Perenialisme
Perenialisme adalah gerakan dalam pendidikan yang lahir pada abad ke – 20.
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan
sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah jalan mundur
ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai – nilai yang umum yang kuat pada
zaman kuno dan abad pertengahan. Pandangan Plato dan Aristoteles mewakili
peradapan Yunani kuno, serta Thomas Aquina dari abad pertengahan.
Pendidikan Perenialisme memandang kebenaran sebagi
hal yang konstan, abadi atau perennial. Tujuan pendidikan menurut pemikiran
perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang
gagasan besar yang tidak berubah.
Beberapa prinsip
pendidikan perenialisme secara umum yaitu:
a.
Walaupun perbedaan
lingkungan, namun pada hakikatnya manusia dimanapun dan kapanpun ia berada
adalah sama. Robert M. Hutckin sebagi pelopor perenialisme di Amerika Serikat,
mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional ( ini adalah
pandangan Aristoteles ). Pendidikan harus sama bagi semua orang, dimanapun dan
kapanpun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki
manusia sebagai menusia.
b.
Rasio merupakan atribut
manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan
sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
c.
Tugas pendidikan adalah
memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi.
d.
Pendidikan bukan merupakan
peniruan dari hidup, melainkan persiapan untuk hidup.
e.
Siswa seharusnya
mempelajari karya – karya besar yang menyangkut sejarah, filsafat, seni dan
literatur yang berhubungan dengan kehidupan sosial, terutama politik dan
ekonomi.
filsafat
perenialisme menekankan kemampuan berpikir rasional manusia,
filsafat itu merupakan pengolahan intelektual yang membuat manusia menjadi
benar-benar manusia dan membedakan mereka dari binatang.
Tokoh Perenialisme adalah Robert Maynart
Hutchins seorang rektor (The University
of Chicago) dan Mortimer Adler.
D.
Gerakan Essensialisme
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930 (zaman Renaissance). pendidikan yang
di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
umat manusia.
Tokoh aliran ini adalah william C.
Bayley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L, Kandell. Esensialisme
mengadakan protes terhadap progresivisme, namun dalam protes tersebut tidak
menentang secara keseluruhan pada progresivisme seperti yang dilakukan
perenialisme.
Konsep Pendidikan dengan
Gerakan Back to Basics yang
dimulai dipertengahan tahun 1970-an adalah dorongan skala besar yang mutakhir
untuk menerapkan program – program esensialisme disekolah. Kaum esensialisme
berpendapat sekolah – sekolah harus melatih / mendidik siswa untuk
berkomunikasi dengan jelas dan logis.
Keterampilan-keterampilan inti dalam kurikulum haruslah berupa membaca,
menulis, berbicara, dan berhitung serta sekolah memiliki tanggung jawab untuk
memperhatikan apakah semua siswa menguasai keterampilan-keterampilan tersebut.
Tujuan pendidikan adalah alat untuk
meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Kurikulum esensialisme menekankan pengajaran
fakta – fakta, kurikulum esensialisme seperti halnya perenialisme, yaitu
kurikulum yang berpusat pada masa pelajaran ( Subject matter centered )
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan
sejarah pada generasi pelajar dewasa ini. Peranan guru adalah sebagai seseorang
yang menguasai lapangan dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk
digugu dan ditiru.

a.
Pendidikan harus dilakukan
melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam siswa.
b.
Inisiatif pendidikan
ditekankan pada guru bukan pada siswa.
c.
Inti proses pendidikan
adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
d.
Sekolah harus
mempertahankan metode – metode tradisional yang bertautan dengan disiplin
mental.
e.
Tujuan akhir pendidikan
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
E.
Gerakan Rekonstruksionalisme
Sebagaimana yang dinyatakan oleh caroline Pratt ( 1948 ), seorang
rekonstruksionis sosial yang berpengaruh saat itu; “ nilai terbesar suatu
sekolah harus menghasilkan manusia – manusia yang dapat berfikir secara efektif
dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia
yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”.
Singkatnya, sekolah – sekolah tidak hanya harus mentransmisikan pengetahuan
mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha
merekontruksinya.
Rekontruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan
ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan
dal melibatkan diri dengan masalah – masalah masyarakat yang ada pada saat
sekarang ini. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg
pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan
adil.
Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi / mengarahkan
perubahan atau rekonstruksi pada tatanan sosial saat ini.

George S. Counts sebagai
pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya “ Dare The School Buld a New Social Order “, mengemukakan bahwa
sekolah akan betul – betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan
masyarakat baru secara keseluruhan, membasmi kemelaratan, peperangan dan
kesukuan. Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah – masalah
sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan
perannya sebagai agen pembaharuan dan rekonstruksi sosial.

a. Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan
rekonstruksi sosial.
b. Tujuan pendidikan adalah bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial
yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk.
c. Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh
budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai – nilai yang
berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
Tokoh – tokoh Rekonstruksionisme dipelopori oleh George
Count dan Harold Rugg
Nilai – nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah
merupakan hal yang berharga. Metode sebagai kelanjutan dari pendidikan
progresif, metode aktivitas diberatkan dan Guru harus menunjukan rasa hormat
yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam hal lainnya. Pelajaran
sekolah harus mewakili budaya masyarakat.
BAB III
PENUTUP
§ Kesimpulan
1)
Gerakan Developmentalisme
Gerakan ini muncul pada
abad ke – 19. Tokoh – tokohnya adalah Pestalozzi, Johan fredich Herbart,
Fredrich Wilhem Frobel dan Stanley Hall. Gerakan ini berpendapat dan mempunyai
konsep yaitu mengaktualisasikan semua potensi anak.
2)
Gerakan Progresivisme
Gerakan ini didirikan pada
tahun 1918. Tokoh – tokohnya adalah George Axtelle, William O. Stanley, Ernest
Bayley. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih
cepat mencapai tujuan.
3)
Gerakan Perenialisme
Gerakan ini lahir pada
abad ke – 20. Tokoh – tokohnya adalah Maynart Hutchins seorang rektor The University of Chicago dan Martimer Adler. Gerakan ini menentang
pandangan progresif yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang
ditempuh adalah jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali norma dan
nilai zaman kuno dan pertengahan.
4)
Gerakan Essensialisme
Gerakan ini muncul pada
awal tahun 1930. Tokoh – tokohnya adalah William Bagley, Thomas Briggs,
Frederick Breed, dan Isac L. Kandell. Menurut aliran ini tujuan pendidikan
adalah alat untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah.
5)
Gerakan
Rekonstruksionalisme
Gerakan ini kelanjutan
dari gerakan progresivisme. Tokoh – tokohnya adalah George Count dan Harold
Rugg. Menurut gerakan ini, pendidikan adalah usaha sosial. Misi sekolah adalah
untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin dan Idi Abdullah. 2007. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan.
Jogyakarta : Ar-Ruzz
Sa’dullah, Uyoh.
2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Dari Internet, salah satunya:
http://wahyudisy.blogspot.com/2008/01/aliran-progresivisme-aliran.html, etc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar