KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr,wb
Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul “PERADABAN
ISLAM DI ANDALUSIA”. Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat
sebagai media sumber informasi dan pengetahuan bagi para pembaca.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah
SPI (Sejarah Peradaban Islam), teman-teman sejawat dan semua pihak
yang telah terlibat dan memberikan bantuan dalam bentuk moril maupun materil dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.Aamiin
Wassalamu’alaikum wr,wb
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dari banyaknya buku sejarah yang kita baca dan
informasi-informasi yang kita telah dapatkan, para ahli sejarah telah mencatat
banyak hal tentang perkembangan peradaban Islam khususnya pertengahan abad ke-8
M hingga permulaan abad ke-13 M. Sejarah peradaban islam telah dicatat dalam
sejarah, bahwa pada masa tersebut Islam pernah mengalami masa kejayaan.
Kejayaan Islam ini diperlihatkan dengan berbagai kemajuan-kemajuan dalam banyak
bidang seperti bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, teknologi dan masih
banyak yang lainnya. Kemajuan-kemajuan itu terjadi baik dari Daulah Islam di
Timur (Daulah Abbasiah) yang berpusat di Baghdad maupun Islam di Barat (Daulah
Umayyah) yang berpusat di Cordoba.
Di masa khilafah Bani Umayyah yang berumur
kurang lebih 90 tahun telah mencapai keberhasilan ekspansi ke berbagai daerah,
baik di Timur maupun di Barat dengan wilayah kekuasaan Islam yang benar-benar
sangat luas. Pada zaman khalifah al-Walid Ibn al-Malik, salah satu khalifah dari
Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam mulai menaklukan semenanjung
Iberia. Semenanjung Iberia adalah nama tua untuk wilayah Spanyol dan Portugal.
Sejak awal abad ke 5 (tahun 406
M), wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa Vandals, maka dinamakan Vandalusia.
Namun, sejak tahun 711 M, semenanjung Iberia dan wilayah selatan Prancis jatuh
ke dalam kekuasaan Islam, diperintah oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar.
Sejak itulah, wilayah ini dikenal dengan Andalusia.
Spanyol merupakan tempat paling utama dan
jembatan emas bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam dan hasil-hasil
kebudayaan Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, social, perekonomian,
maupun peradaban antarnegara. Orang-orang eropa menyaksikan kenyataan bahwa
Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga
Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains. Kemajuan Eropa yang terus
berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu
pengetahan Islam yang berkembang di periode klasik.
Maka pada makalah ini, kami akan mencoba
membahas secara gamblang mengenai bagaimana peradaban Islam di Andalusia. Tentu
Islam membawa banyak peranan penting bagi khazanah peradaban di Andalusia
(Spanyol). Banyak perubahan-perubahan drastis setelah masuknya Islam di
Andalusia yang patut kita tahu dan cermati sebagai pemikir umat Islam. Memang
banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, tetapi saluran
yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Dalam bab pembahasan makalah ini, sebelum kami
mengkaji kebangkitan kebudayaan Islam di Andalusia, tidak ada salahnya kita
perlu meninjau terlebih dahulu tentang situasi di Andalusia sebelum Daulah
Umayyah berdiri disana. Untuk itu, kami memaparkan di dalam makalah kami secara
gamblang tentang hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya islam di Andalusia?
2. Bagaimana perkembangan peradaban dan
pemerintahan politik di Andalusia sebelum dan sesudah masuknya islam?
3. Bagaimana system pemerintahan masa-masa
kekhalifaan di Andalusia?
4. Apa faktor-faktor penyebab keruntuhan kekuasaan
islam di Andalusia?
C.
Tujuan dan
Manfaat
1.
Memberikan wawasan dan
pengetahuan baru tentang peradaban islam di Andalusia
2.
Dapat menjelaskan
bagaimana proses masuknya islam di Andalusia
3.
Mengetahui sistem
pemerintahan pada masa kekhalifahan di Andalusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses Masuknya
Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi
wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya
hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa
Grit tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang
selat sempit itu terletak di benua Eropa. Selat sempit itu sepanjang kenyataan
memisahkan lautan tengah dengan lautan atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa
Visighots pada tahun 507 M, didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah
kediaman mereka itu disebut dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan cara
membunyikannya, bangsa Arab pada masa belakangan menyebut semenanjung Iberia
itu dengan Andalusia.
Spanyol diduduki oleh umat Islam pada zaman
khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti
umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man
Al-Ghassani menjadi Gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan
bin Nu’man sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-walid itu, Musa
bin Nushair memperluas wilayah kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan
Maroko. Selain itu, ia menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan
setia dan berjanji akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka
lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Spanyol ada 3 pahlawan
Islam yang memimpin pasukan kesana yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad,
dan Musa ibn Nushair. Namun, yang sebagai perintis dan penyelidik kedatangan
Islam ke Andalusia adalah Tariq ibn Ziyad. Ia yang telah memimpin pasukan
tentera menyeberangi lautan Gibralta (Jabal Thariq) menuju ke semenanjung
Iberia. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M, mengirim pasukan Islam dibawah
pimpinan Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah 7000 orang dan tambahan pasukan
5000 personel yang memang tak sebanding dengan tentera pasukan Gothik yang
berkekuatan 100.000 lengkap bersenjata. Namun, pada akhirnya, Thariq bin Ziyad
mencapai kemenangan, dengan mengalahkan Raja Foderick di Bakkah dan menaklukan
kota-kota penting seperti Cordova, Granada, Toledo dan hingga akhirnya
menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
Kemenangan-kemenangan Islam terlihat nampak
begitu mudah. Tentu hal ini didorong oleh faktor-faktor baik karena tokoh-tokoh
pejuang dan prajurit Islam yang kuat, kompak dan penuh percaya diri dan juga
didorong oleh faktor-faktor yang menguntungkan Islam yakni kondisi sosial,
politik dan ekonomi Spanyol yang buruk pada waktu itu.
B.
Perkembangan
Politik
Pada waktu Bani Umayyah (661-750 M) yang
berpusat di Damaskus jatuh pada tahun 132 H (750 M) dan digantikan oleh
Bani Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad. Pada saat itu terjadi pembunuhan
massal serta pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayyah, terdapat seorang
amir yang dapat meloloskan diri dan selamat dari pembantaian, ia bernama Amir
Abdurrahman bin Muawiyyah bin Hisyam bin Abdil Malik. Ia memasuki Mesir, Barca
(Libya), dan Afrika Utara. Selama berjuang selama tidak kurang dari enam tahun,
Abdurrahman berhasil memasuki Andalusia.
Pada awalnya, amir yang memegang kekuasaan
terakhir di Andalusia menjelang tahun 138 H (756 M) adalah seorang wali Yusuf
ibnu Abdirrahman Al-Fihri dari suku Mudhari yang ditunjuk oleh Khalifah di
Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun 740an M,
terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada
tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi
seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus. Namun pada
tahun 756 M, Abdurrahman melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa
Kordoba sehingga ia dijuluki “Abdurrahman Addakhil” dengan gelar Amir
Kordoba (Abdurrahman I). Dapat dikatakan bahwa Abdurrahman I merupakan “founding
father” Daulah Umayyah di Andalusia dan sekaligus sebagai peletak dasar
kebangkitan kebudayaan Islam di Andalusia.
C.
Periode
Kekuasaan/ Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di
daerah Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memiliki peranan yang sangat penting
dan besar dalam perkembangan umat Islam. Islam di Spanyol berjaya dan berkuasa
selama tujuh setengah abad dan itu merupakan waktu yang sangat lama untuk
mengembangkan Islam. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol
dapat dibagi dalam beberapa periode:
1. Periode pertama (711-755M)
Pada periode
ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri
Spanyol belum tercapai sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik
yang datang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang
datang dari dalam yaitu berupa perselisihan diantara elit penguasa.
Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antar khalifah di Damaskus dan
gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Adapun gangguan yang datang
dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh islam di Spanyol yang tinggal di
daerah pegunungan.
2. Periode kedua (755-912 M)
Pada periode
ini Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Amir yang pertama
adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan diberi gelar
Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil adalah keturunan dari bani umayyah
yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil
menaklukkan Bani Umayyah di Spanyol.
Pada periode
ini, umat Islam mulai memperoleh kemajuan, baik dalam bidang politik atau pun
peradaban. Islam pada saat itu mulai mengalami perkembangan yang begitu dashyat
dan mampu memperluas wilayah kekuasaannya di daerah Spanyol. Abdurrahman
Ad-Dakhil mendirikan mesjid cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di
Spanyol.
3. Periode ketiga (912-1013 M)
Pada periode
ini berlangsung mulai dari pemerintahan abdurrahman III yang bergelar
“An-Nasir” sampai munculnya raja-raja kelompok (Muluk al-thawaif).
Pada periode ini spanyol diperintah oleh penguasa dengan khalifah. Pada periode
ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejaaan yang
menyaingi daulah Abbasiyah di baghdad. Abdurrahman An-Nashir mendirikan
Universitas Cordoba. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini,
masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
Abdurrahman III
adalah seorang raja yang teramat sangat lama memerintah 50 tahun lamanya. 50
tahun dia membela kerajaan yang telah didirikan nenek moyangnya. Masa
pemerintahan Abdurrahman III adalah masa yang amat gemilang dalam sejarah Arab
Spanyol. Segala pemberontakan di padamkan, perpecahan disatukan disatukan
kembali, perselisihan di hapuskan. Pada saat pemerintahan Abdurrahman III,
islam telah sanggup mempertahankan kekuasaan arab di Spanyol. Ia juga
meninggalkan jejak besar dalam sejarah tidak saja di semenanjung Iberia tetapi
juga seluruh Eropa.
Setelah masa
kekhalifahan Abdurrahman III yang dilanjutkan oleh puteranya, Al-Hakam II
(961-976 M) dan putera Al-Hakam II, Hisyam II (976-1009 M). Namun, ketika
Hisyam menduduki kepemimpinan dalam usia 11 tahun merupakan awal dari
kehancuran Bani Umayyah di Spanyol. Hingga pada tahun 1013 M, Spanyol sudah
terpecah menjadi negara-negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini
Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di
kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari
30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-mulukuth
Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti sevilla, Cordoba, Taledo
dan sebagainya.
Pada periode
ini umat islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika
itu terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu meminta
bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun, walau pun demikian, kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para
sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari istana ke istana yang
lain.
5. Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode
ini Islam di Spanyol meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan dinasti marurabithun
(1086-1143 M) dan dinasti muwahhidin (1146-1235 M):
a.
Dinasti
Murabitun
Dinasti murabitun pada mulanya adalah sebuah
gerakan agama yang kuat dan besar yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di
Marocco, Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan kerajaan yang
berpusat di marakesy. Dan akhirnya, islam dapat memasuki Spanyol dan dapat
menguasainya. Dalam perkembangannya selanjutnya, pada dinasti ini
dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan wilayah
Saragossa dapat dikuasai oleh kaum Kristen pada tahun 1118 M. Pada tahun 1143
M, kekuasaan dinasti ini digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
b.
Dinasti
Muwahhidun
Dinasti ini berpusat di Afrika Utara yang
didirikan oleh Muhammad ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri dua
kerajaan kecil-kecil yang kuat yaitu di Negeri Balansia (Valencia) dan Marsiah
(Marcia). Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abd-Al-Mun’im. Dinasti
ini mengalami banyak kemajuan dimana kota-kota muslim penting yakni Cordova,
Almeria, dan Granada jatuh dibawah kekuasaannya. Akan tetapi dinasti Muwahhidun
mengalami kemunduran dimana pada tahun 1212 M, tentara Kristen berhasil
memperoleh kemenangan di Las Navas de Tolesa. Dalam kondisi demikian umat
muslim tidak mampu bertahan dari serangan-serangan kristen yang besar.
Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh
pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol islam lepas dari tangan penguasa
islam.
6. Periode keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini
hanya berkuasa di granada di bawah Dinasti Ahmar atau daulat Nasriyah
(1232-1492 M). Dinasti ini yang mendirikan istana Alhambara di kota
Granada tu. Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan
kekuasaan. Abbdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk
anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Ia memberontak dan
berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh muhammad bin sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan
kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa ini Kristen
ini dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
Ferdinand dan
Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan besar Kristen yaitu negeri Aragon
dan Castillia melalui perkawinan. Setelah bersatu, mereka mempersatukan
kekuatan memerangi kerajaan Granada pada tahun 1492 M. Namun, pada akhirnya
mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abu Abdullah. Abu Abdullah tidak kuasa
menahan serangan-serangan penguasa Kristen tersebut sehingga pada akhirnya Abu
Abdullah kalah dalam peperangan tersebut. Abu Abdullah akhirnya menyerahkan
kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, sedangkan Abu Abdullah hijrah ke
Afrika Utara.
Dengan jatuhnya
kerajaan Bani Ahmar, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M
sampai tinggal sisa-sisanya yang kemudian dipaksa oleh paus-paus di Roma untuk
memeluk agama Nasrani. Maka, ada yang memeluk nasrani dengan terpaksa, ada yang
dibunuh dan ada yang masih tetap memeluk agama nenek moyangnya dengan
diam-diam. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di
wilayah ini. Walau pun islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama
hampir tujuh setengah abad lamanya.
D.
Perkembangan
Peradaban Islam di Andalusia
1.
Perkembangan
Pembangunan
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih pada
masa pengganti Abd al-Rahman al-Dakhil. Kemajuan Kordova ditandai dengan
pembangunan yang megah diantaranya:
a.
al-Qashr
al-Kabir , kota satelit yang didalamnya terdapat
gedung-gedung istana megah.
b.
Rushafat,
istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat laut Cordova.
c.
Masjid jami’
Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak.
d.
Al-Zahra, kota
satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H/936 M. Kota ini
dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir
ditengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan
(margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan.
2.
Perkembangan
Ekonomi
Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh
kemakmuran ekonomi pada abad ke-9 dan abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian
irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri Timur mengantarkan pada
pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual-belikan ,
meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang,
kapas, rami dan sutera. Pada saat yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan
yang cerah lantaran hancurnya penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah
barat laut Tengah. Beberapa kota seperti seville dan Cordova mengalami
kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan
internasional.
3.
Perkembangan
Intelektual
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasan Islam
di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak sekali
kontribusi bagi kebangunan budaya Barat. Kebangkitan intelektual dan kebangunan
kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa mempelajari, mendalami dan
menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-buku ilmu
pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari bahasa
Arab untuk dapat menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam.
Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah
menjadi pusat penerjemahan. Banyak sarjana-sarjana Eropa yang berdatangan ke
kota Toledo untuk belajar dan mendalami buku-buku ilmu pengetahuan Islam. Islam
di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam. Sains dan Teknologi.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat
majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun
(orang-orang spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari
Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan
Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk
dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Mujareb yang berbudaya Arab, dan
Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir, memberikan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya lingkungan
budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan llmiah, sastra, dan pembangunan
fisik di Spanyol. Disamping dari faktor kemajemukan masyarakatnya, negeri yang
subur juga mendorong negeri Spanyol dalam mendatangkan penghasilan ekonomi yang
tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Berikut dibawah ini
uraian mengenai perkembangan intelektual di masing-masing bidang:
a.
Astronomi
Di bidang astronomi, sarjana Islam
al-Khawarizmi banyak sekali memberikan sumbangannya dengan karya-karyanya dan
mempunyai pengaruh terbesar terhadap kontribusi ilmu pasti diantara semua
penulis di abad pertengahan. Ia menulis buku al Jabr wa al-Muqabalah,
yang memuat daftar astronomi yang tertua dan al-Khwarizmi merupakan orang
pertama yang menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar.
Namun disamping itu, tokoh yang paling terkenal
dalam ilmu astronomi adalah Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash. Ia dapat menentukan waktu
terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil
membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan
bintang. Ada pula Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn
Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal
saat itu.
b.
Matematika
Ilmu eksakta yakni matematika mulai berkembang
karena didorong dengan adanya perkembangan filsafat. Ilmu pasti dikembangkan
orang Arab berasal dari buku India yaitu Sinbad, yang diterjemahkan dalam
bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari (154 H/ 771 M). Dengan perantara buku ini,
kemudian Nasawi seorang pakar matematika memperkenalkan angka-angka India
seperti 0,1, 2, hingga 9), sehingga angka-angka India di Eropa lebih dikenal dengan
angka Arab.
c.
Filsafat
Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang pula
terhadap dunia Barat. Minat filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 M di masa Khilafah Bani Umayyah, Muhammad ibn Abd al-Rahman
(832-886 M). Karya-karya ilmiah dan filosofis dalam jumlah besar diimpor dari
Timur, sehingga Cordova menjadi perpustakaan dan universitas besar yang dapat
menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia Islam. Dalam
keadaan ini, maka Spanyol banyak melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di
Saragosa, lalu pindah ke Sevilla dan Granada. Ia bersifat etis dan eskatologi
dalam masalah yang dikemukakannya seperti al-Farabi dan Ibn Sina. Magnum
opusnya adalah tadbir al-Mutawahhid.Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail,
penduduk asli Wadi Asy (sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya
filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Abad 12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd
(1126-1198 M) mendominasi lapangan filsafat di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari
Cordova ini, dikenal sebagai komentator pikiran-pikiran Aristoteles sehingga
dijuluki Aristoteles II. Ia juga memiliki ciri kehati-hatian dalam menggeluti
masalah-masalah tentang keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi terkenal
dengan menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara
Neo-Platonis.
d.
Kedokteran
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol
dan telah menjadi dasar kemajuan Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam,
al-Kindi (809-873 M), telah menulis buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin menjadi Optics. Selain itu, terkenal pula ar-Razi (865-925 M) yang
oleh orang Barat-Latin disebut Rhazez. Ia mengarang sebuah buku kedokteran
berjudul al-Hawi. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh Faraj bin Salim
(seorang tabib Yahudi dari Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan judul Continens
atas perintah Raja Farel dari Anyou. Ia memuat dan merangkum ilmu ketabiban
dari Persi, Yunani dan Hindu, dan hasil-hasil penyelidikan.
Ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu
antara lain adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama
Abulcassis. Beliau adalah seorang ahli bedah terkenal dan menjadi dokter
istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terkenal adalah
al-tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain al-Qasim, terdapat seorang filosuf
besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli dalam bidang kedokteran. Di antara karya
besarnya adalah Kulliyat al-Thib.
Dokter islam lain yang terkenal adalah Ibnu
Sina (Avecinna). Ia menulis buku yang berjudul al-Qonun fit-Thib,
diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Qonun of Medicine dan
menjadi buku pegangan diperguruan-perguruan tinggi selama 30 tahun terakhir
dari abad 15. Buku kedoteran lain Ibn Sina berjudul Materia Medica
memuat kira-kira 760 macam ilmu dipakai pedoman terutama di Barat. Dikatakan
oleh William Osler, bahwa diantara kitab-kitab yang lain, kitab Ibnu Sina lah
yang tetap merupakan dasar ilmu ketabiban untuk masa yang paling lama.
e.
Sastra
Lahirnya karya-karya sastra di dorong oleh
kemajuan bahasa pada waktu itu. Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi
dalam pemerintahan Islam di Spanyol baik oleh orang-orang Islam maupun
non-islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka.
Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan
berbicara maupun tata bahasa. Karya-karya sastra yang banyak bermunculan,
seperti al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid karya
al-Fath Ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
f.
Sejarah
Dalam bidang ilmu sejarah ternyata karya-karya
ilmu sejarah ternyata juga memberikan sumbangan dan pengaruh dalam
pemikiran-pemikiran sarjana Barat. Ibnu Khaldun, melalui karya Muqaddimah-nya,
dialah yang pertama kali mengemukakan teori perkembangan sejarah, baik
berdasarkan penyelidikan faktor jasmani dan iklim, maupun kekuatan moral dan
ruhani. Sebagai orang yang mencari dan merumuskan hukum kemajuan dan keruntuhan
bangsa, maka Ibnu Khaldun dapat dianggap sebagai pencipta ilmu baru, karena tak
ada penulis Arab maupun Eropa yang mempunyai pandangan sejarah yang sejelas itu
dan mengulasnya secara filsafat. Buku Muqaddimah Ibnu Khaldun menjadi
tumpuan studi para ahli Barat dan ahli-ahli lainnya, dan kebebasan Ibnu Khaldun
diakui oleh sejarawan Toynbee.
E.
Keruntuhan
Kekuasaan Islam di Andalusia
Dalam masa kekuasaan Islam di Spanyol yang
begitu lama tentu memberikan catatan besar dalam mengembangkan dan memberikan
sumbangan yang sangat berharga bagi peradaban dunia. Namun, sejarah panjang
yang telah diukir kaum muslim menuai kemunduran dan kehancuran. Kemunduran dan
kehancuran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Konflik Islam dengan Kristen
Keadaan ini
berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia dalam
melakukan proses Islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika masa kekuasaan
setelah al-Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah sebelumnya. Bagi
para penguasa, dengan ketundukan kerajaan-kerajaan kristen dibawah kekuasaan
kristen hanya dengan membayar upeti saja, sudah cukup puas bagi mereka. Mereka
membiarkan umat Kristen menganut agamanya dan menjalankan hukum adat dan
tradisi kristen, termasuk hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan
senjata.
Namun,
kehadiran Arab Islam tetap dianggap sebagai penjajah sehingga malah memperkuat
nasionalisme masyarakat Spanyol Kristen. Hal ini menjadi salah satu penyebab
kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari pertentangan
antara Islam dan Kristen. Akhirnya pada abad ke-11, umat Islam Andalusia
mengalami kemunduran, sedang umat Kristen memperoleh kemajuan pesat dalam
bidang IPTEK dan strategi perang.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Hal ini terjadi
hingga abad ke-10 atas perlakuan para penguasa muslim sebagaimana politik yang
dijalankan Bani Umayyah terhadap para mu’allaf yang berasal dari umat setempat.
Mereka diperlakukan tidak sama seperti tempat-tempat daerah taklukan Islam
lainnya. Kenyataan ini ditandai dengan masih diberlakukannya istilah ibad
dan muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akhirnya
kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama etnis Salvia dan Barbar, sering
menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini menimbulkan dampak besar bagi
perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
ieologi pemersatu yang mengikat kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara
mereka yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan
Bani Umayyah.
3. Kesulitan Ekonomi
Dalam catatan
sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu aktif
mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan
pengembangan perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan
dan berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah
lagi dengan datangnya musim paceklik dan membuat para petani tidak mampu membayar
pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak terkendali oleh para
penguasa muslim.
4. Tidak jelasnya Sistem Peralihan kekuasaan
Kekuasaan
merupakan hal yang menjadi perebutan diantara ahli waris. Karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Maka, Granada yang
awalnya menjadi pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol akhirnya jatuh ke
tangan Ferdinand dan Isabella.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam
bagaikan negeri terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena itu, tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
BAB III
PENUTUP
§ KESIMPULAN
Andalusia, sebuah negeri yang meninggalkan
jejak begitu besar di sepanjang sejarah umat Islam pada awal perkembangan Islam
di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak perhatian besar dari berbagai
khalayak umat Islam. Dikatakan demikian, karena penguasaan Islam
terhadap semenanjung liberia lebih khusus
Andalusia, telah menunjukkan bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai dari tahapan awal proses masuknya Islam,
dimana wilayah Spanyol diduduki oleh khalifah-khalifah dalam setiap
dinasti-dinasti yang didirikan dalam setiap periodenya. Tentu, hal ini banyak
memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat Islam.
Dimana pada akhirnya Islam pernah berjaya di Spanyol dan berkuasa selama
tujuh setengah abad. Suatu masa kekuasaan dalam waktu yang sangat lama untuk mengembangkan Islam.
Demikianlah Islam di Andalusia, walaupun pada
akhirnya berakhir dengan kekalahan, namun islam muncul sebagai suatu kekuatan
budaya dan sekaligus menghasilkan cabang-cabang kebudayaan dalam segala ragam
dan jenisnya. Banyak sekali kontribusi Islam bagi kebangunan peradaban dan
kebudayaan baru Barat. Sumbangan Islam itu telah menjadi dasar kemajuan
Barat terutama dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sains dan teknologi,
astronomi, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah dan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Amin, Samsul Munir,, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: Amzah, 2009.
Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam,
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996.
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam,
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Lapidus, Ira. M.. Sejarah Sosial Ummat Islam,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999.
Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapore:
Pustaka Nasional PTE LTD, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar